Sabtu, 07 November 2009

Foto Dewasa

Dapatkan koleksi cewek bugil telanjang 3gp porno mulai dari abg smu … dewasa indonesia sedarah seks cerita dewasa indonesia ngentot sedarah dewasa kisah dewasa jurnal perkembangan … Koleksi foto-foto model dewasa asli indonesia …


ABG-MEMEK-ASLI-INDONESIA—Domi-diyose—beautiful-indonesian …
… contains Indonesian Nude Girls – foto gadis bugil asli Indonesia, Telanjang, Porno, Sexy, Artis. … gambar dewasa kumpulan cerita dewasa majalah dewasa indonesia. dewasa area kisah nyata kontol jembut my egallery jembut opa oma …

Telanjang Sarah Ashari





Foto telanjang Julia peres



Harisan Suami

"Apa yang akan aku lakukan di sini?" pikirku ketika tiba di depan pintu gerbang
villa itu. Villa tersebut terletak di sebuah bukit terpencil di tengah
kerimbunan hutan pinus. Untuk sampai di sana kita harus melalui sebuah jalan
kecil yang merupakan jalan pribadi yang menghubungi villa tersebut dengan jalan
utama. Di ujung jalan tersebut kita akan menjumpai sebuah pintu gerbang yang
kokoh terbuat dari besi memagari sebuah bangunan artistik dikelilingi oleh taman
yang asri. Begitu kami mendekati gerbang tersebut, tiba-tiba dua orang laki-laki
berpotongan rambut pendek dengan tubuh kekar menghampiri kami. Suamiku segera
menyodorkan sebuah kartu nama yang entah dari mana dia peroleh. Kemudian dengan
wajah ramah mereka membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk.

Di dalam pekarangan villa itu kulihat beberapa mobil telah terparkir di sana dan
salah satunya adalah mobil Priyono sahabat suamiku. Keluarga kami dan keluarga
Priyono memang bersahabat. Umur kami tidak jauh berbeda sehingga kami mempunyai
persamaan dalam pergaulan.

Suamiku seorang pengusaha muda sukses, demikian juga Priyono. Baik suamiku
maupun Priyono mereka sama-sama sibuknya. Mereka kelihatannya selalu dikejar
waktu untuk meraih sukses yang lebih besar lagi bagi keuntungan bisnisnya.
Sehingga boleh dikatakan hidup kami sangat berlebih sekali akan tetapi di lain
sisi waktu untuk keluarga menjadi terbatas sekali. Hanya pada hari-hari weekend
saja kami baru dapat berkumpul bersama. Dan itu pun apabila suamiku tidak ada
urusan bisnisnya di luar kota.

Keadaan itu dialami juga oleh istri Priyono, Novie. Sehingga antara aku dan
istri Priyono merasa cocok dan akrab satu sama lainnya. Kami juga selalu
mengatur waktu senggang bersama untuk melakukan pertemuan-pertemuan rutin atau
rekreasi bersama. Kebetulan istri Priyono, juga agak sebaya denganku. Bedanya
dia baru berumur tiga puluh tahun sedangkan aku telah berumur tiga puluh lima
tahun. Apalagi wajahnya masih tetap seperti anak-anak remaja dengan tahi lalat
di atas bibirnya membuat penampilan istri Priyono kelihatan lebih muda lagi.
Selain itu bentuk tubuhnya agak mungil dibandingkan denganku. Badannya semampai
namun berbentuk sangat atletis. Maklumlah selain dia secara rutin mengikuti
kegiatan latihan di salah satu fitness center, dia juga memang seorang atlet
renang. Sehingga warna kulitnya agak kecoklatan-coklatan terkena sinar matahari.

Berbeda denganku yang berkulit agak putih dengan bentuk tubuh yang agak lebih
gemuk sedikit sehingga buah dada dan pinggulku lebih kelihatan menonjol
dibandingkan dengan istri Priyono. Menurut pandanganku penampilan istri Priyono
manis sekali. Ada suatu daya tarik tersendiri yang dimilikinya setidak-tidaknya
demikian juga menurut suamiku. Aku tahu hal itu karena suamiku sering
membicarakannya dan malahan pernah bergurau kepadaku bagaimana rasanya sekiranya
dia melakukan hubungan seks dengan istri Priyono.

Pertemuan kami dengan keluarga Priyono pada mulanya diisi dengan pergi makan
malam bersama atau mengunjungi club rekreasi para eksekutif di setiap akhir
pekan. Sekali-sekali kami bermain kartu atau pergi berdarmawisata. Akan tetapi
ketika hal tersebut sudah mulai terasa rutin, pada suatu saat suamiku dan
Priyono mengajak kami untuk ikut menjadi anggota CAPS.

"Apa artinya itu..?" kataku. "Artinya adalah Club Arisan Para Suami atau
disingkat CAPS, kalau diucapkan dalam bahasa Inggris jadi kep'es, tuh gagah
nggak namanya", jawab Priyono. "Walah, baru tahu sekarang para suami juga kayak
perempuan, pakai arisan segala", kataku. "Ini arisan bukan sembarang arisan..",
kata Priyono membela diri. "Dahulu mau dinamakan The Golden Key Club, tapi gara
gara Eddy Tanzil maka namanya diganti jadi CAPS, Club Arisan Para Suami",
katanya lagi. "Ya sudah kalau begitu.., kalau arisan para suami kenapa istri
perlu dibawa-bawa ikut jadi anggota?" debatku lagi. "Rupanya belum tahu dia..!"
kata Prioyono dalam logat Madura seraya menunjukkan jempol ke arahku sambil
melirik kepada suamiku. Suamiku juga jadi ikut tertawa mendengar logat Prioyono
itu.

"Hei, rupanya pake rahasia-rahasiaan segala ya..!" kataku sambil memukul
pundaknya. "Iya Mbak.., mereka berdua sekarang ini lagi selalu kasak-kusuk saja.
Jangan-jangan memang punya rahasia yang terpendam", tiba-tiba kata istri Priyono
menimpaliku. "Eh, jangan marah dulu.. club arisan ini merupakan suatu club yang
ekslusif. Tidak sembarangan orang boleh ikut! Hanya mereka yang merupakan kawan
dekat saja yang boleh ikut dan itu juga harus memenuhi syarat!" "Syarat apa..?!"
"Misalnya para anggota harus terdiri dari pasangan suami istri yang sah! Betul
betul sah.. saah.. saaah!" katanya meniru gaya Marisa Haque diiklan TV. "Kalau
belum beristri atau bukan istri yang sah, dilarang keras untuk ikut! Oleh karena
itu untuk ikut arisan ini perlu dilakukan seleksi yang ketat sekali dan tidak
main-main! Jadi nggak ada yang namanya itu rahasiaan-rahasiaan..!" kata Priyono
lagi.

"Ah kayak mau jadi caleg saja.. pakai diseleksi segala! Nggak mau sekalian juga
pakai Litsus, terus penataran!. Arisan ya arisan saja..! Dimana-mana juga sama!
Paling-paling Bapak-bapaknya ngumpul ngobrolin cewek-cewek dan Ibu-ibunya
ngerumpi sambil comot makanan disana-sini.., akhirnya perutnya jadi gendut dan
pulang-pulang jadi bertengkar di rumah karena dengar gosip ini itu!" kataku.
"Nah, disini masalahnya. Arisan kita itu bukan arisan gosip, tapi arisan yang
sip!" kata Priyono. "Jadi arisan apa pun itu, apa sip, apa sup, apa saham, emas,
berlian, Mercy atau BMW, ya akhirnya semua sama saja.., yang keluar duluan hanya
gosip?" kataku ketus. "Bukan.., bukan seperti itu. Malahan sebaliknya.., arisan
ini justru bertujuan buat mengharmoniskan kehidupan perkawinan antara suami
istri!" jawab Priyono. "Lho, untuk itu kenapa mesti arisan..?" kataku lagi.
"Boleh nggak diberi tahu Mas?" kata Priyono sambil melirik kepada suamiku.
Suamiku tersenyum sambil mengangguk.

"Begini Mbak, terus terang saja, arisan kita itu bentuknya kegiatan tukar
menukar pasangan", katanya. "Pasangan?! Pasangan apa..?" jawabku dengan sangat
heran. "Ya itu, pasangan suami-istri", tiba-tiba suamiku menyeletuk. "Mengapa
harus ditukar-tukar sih? Dan apanya yang ditukar?" tanyaku karena aku jadi
semakin tidak mengerti atas penjelasan suamiku itu. "Walah, penjelasannya
panjang.., ini kan jaman emansipasi", kata suamiku. "Memangnya apa hubungannya
dengan jaman emansipasi!" aku menyela kata-kata suamiku. "Begini.., kegiatan
club ini sebenarnya bertujuan untuk mengharmoniskan kehidupan suami istri dalam
rumah tangga", kata suamiku. "Jadi..." "Jadi.., jadi ya kau ikut saja dulu deh!
Nanti baru tahu manfaatnya!" kata Priyono menyeletuk. "Nggak mau ah kalau hanya
ikut-ikutan!"

"Begini Neng!" kata suamiku. "Singkatnya menurut pandangan para pakar seksualogi
dalam kehidupan perkawinan seseorang pada saat-saat tertentu terdapat suatu
periode rawan dimana dalam periode tersebut kehidupan perkawinan seseorang itu
mengalami krisis. Krisis ini apabila tidak disadari akan menimbulkan bencana
yang besar yaitu tidak adanya kegairahan lagi dalam kehidupan perkawinan.
Apabila tidak ada kegairahan lagi antara suami-istri biasanya akan membawa
akibat yang fatal", kata suamiku lagi. "Misalnya bagaimana?" "Ya dalam kehidupan
perkawinan itu secara tidak disadari timbul kejenuhan-kejenuhan. Kejenuhan yang
paling utama dalam periode tersebut biasanya dalam masalah hubungan badan antara
suami istri, pada periode tersebut hubungan seks antara suami-istri tidak lagi
menyala-nyala sebagaimana pada masa setelah pengantin baru. Kedua belah pihak
biasanya telah kehilangan kegairahan dalam hubungan mereka di tempat tidur yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Hubungan badan suami istri tersebut akhirnya
terasa menjadi datar dan hanya merupakan suatu hal yang rutin saja. Untuk
mengatasi hal itu bagi para pasangan suami istri perlu mendapatkan penggantian
suasana, khususnya suasana dalam hubungan di tempat tidur", kata suamiku.

"Ah itu kan hanya alasan yang dicari-cari saja.., bilang saja kalau sudah bosan
dengan istri atau mau cari yang lain!" kataku. "Nah, disinilah memang letak
masalahnya.., yaitu 'kebosanan'.., dan 'wanita lain'. Hal itu sangat betul
sekali.., karena 'kebosanan' merupakan sifat manusia, sedangkan 'keinginan
kepada wanita lain' secara terus terang itu merupakan sifat naluri kaum laki
laki secara umum, disadari atau tidak disadari, diakui atau tidak diakui, mereka
mempunyai naluri poligamis, yaitu berkeinginan untuk melakukan hubungan badan
tidak dengan satu wanita saja. Akan tetapi sifat-sifat ini justru merupakan
'sumber konflik utama' dari krisis kehidupan perkawinan seseorang! Nah!, hal
inilah yang akan dicegah dalam kegiatan club itu!"

"Jelasnya bagaimana?" kataku. "Apabila seorang suami menuruti naluri kelaki
lakiannya itu, maka dia cenderung akan melakukan penyelewengan dengan wanita
lain secara sembunyi-sembunyi. Mengapa..? Karena dia tahu hal itu akan merupakan
sumber konflik dalam rumah tangga yang sangat berbahaya. Pertama-tama karena dia
tahu istri tidak menyetujuinya, oleh karena itu dilakukan secara sembunyi
sembunyi, yang kedua hal itu membuat suatu keadaan yang tidak adil dalam
kehidupan suami-istri. Kalau suaminya bisa merasakan orang lain, untuk
mendapatkan kenikmatan seksual yang lain daripada istrinya, kenapa istrinya
tidak..!"

"Apakah memang demikian problem dari sebuah perkawinan? Aku kira bukan hanya
soal seks saja yang menjadi konflik dalam hubungan suami istri, namun juga
tentunya ada unsur lainnya!" kataku berargumentasi. "Tidak salah pendapatmu!
Memang benar dalam suatu perkawinan banyak unsur yang mempengaruhinya, akan
tetapi dalam perkawinan hanya ada dua unsur saja yang paling dominan, ibarat
kopi dengan susunya!" kata suamiku.

"Apa hubungan perkawian dengan kopi susu?" tanyaku agak heran. "Begini.." kata
suamiku selanjutnya. "Dalam suatu perkawinan sebenarnya merupakan campuran
antara dua unsur yang sangat berbeda, yaitu antara unsur 'cinta' dan unsur
'kenikmatan seks'. Kedua unsur ini saling melengkapi dalam hubungan perkawinan
seseorang. Unsur cinta adalah merupakan faktor yang dominan yang merupakan
faktor utama terjalinnya suatu ikatan batin antara dua insan yang berlainan
jenis. Unsur cinta ditandai dengan adanya kerelaan pengabdian dan pengorbanan
dari masing-masing pihak dengan penuh keihlasan dan tanpa mementingkan egoisme
dalam diri pribadi. Sedangkan unsur kenikmatan seks adalah merupakan unsur
penunjang yang dapat memperkokoh dan mewarnai unsur cinta tersebut. Unsur ini
ditandai dengan manifestasi adanya keinginan melakukan hubungan hubungan tubuh
dari dua insan yang berlainan jenis, adanya kobaran nafsu birahi serta adanya
keinginan dari masing-masing pihak untuk mendominasi pasangannya secara egois.
Adanya nafsu birahi ini dalam diri kita sebagai mahluk alam adalah wajar dan
bukan sesuatu yang memalukan. Nah.., kedua unsur tadi apabila kita ibaratkan
seperti minuman tidak bedanya sebagai 'kopi' dengan 'susunya'. Unsur cinta dapat
diibaratkan sebagai kopi dan unsur kenikmatan seks dapat diibaratkan sebagai
susunya. Kedua unsur yang saling berbeda ini dapat dinikmati dengan berbagai
cara. Apakah ingin dicampur sehingga menjadi sesuatu yang baru yang lain rasanya
daripada aslinya atau dinikmati secara sendiri-sendiri sesuai dengan rasa
aslinya!"

"Jadi apa hubungannya dengan arisanmu sekarang?" "Nah, arisan ini bertujuan
untuk membuat keadaan yang adil dan berimbang di antara suami dan istri. Kedua
duanya harus mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan
tuntutan dari wanita itu sendiri untuk beremansipasi. Dan hak itu tidak
terkecuali walaupun dalam hubungan seks, para istri juga harus diberi kesempatan
yang sama seperti para suami. Para istri juga harus dapat memilih kehendaknya,
apakah sewaktu-waktu dia ingin minum 'kopinya' saja, atau 'susunya' saja, atau
'kopi susunya'. Masalahnya sekarang, bagaimana mewujudkan hal itu. Kalau
dilakukan oleh para suami atau para istri itu secara sendiri-sendiri, maka akan
menjadi kacau dan malahan tujuannya mungkin tidak akan tercapai. Oleh karena itu
perlu diusahakan secara terorganisir. Yang paling gampang ya, dalam bentuk
kegiatan arisan seperti ini", kata suamiku.

"Iya Mbak, siapa tahu akhirnya para istri juga akan dapat menikmatinya.., eh
malahan jangan-jangan jadi lebih doyan!" kata Priyono menimpali komentar
suamiku. "Ah, kau kayak bensin saja.., langsung nyamber!" kataku. "Kalau begitu
bukankah hal itu juga merupakan suatu penyelewengan dalam perkawinan?" tiba-tiba
kata istri Priyono berkomentar. "Tentu saja bukan..! Karena apa definisi
menyeleweng itu? Seseorang itu dikatakan menyeleweng apabila dia melakukan hal
di luar pengetahuan pasangannya. Atau dengan kata lain dia melakukan itu secara
sembunyi-sembunyi sehingga pasangannya tidak tahu dan tidak pernah
menyetujuinya. Berlainan dengan kegiatan ini. Semuanya terbuka dan melalui
persetujuan bersama antara kedua pasangan suami-istri itu", jawab suamiku.

Pada akhirnya setelah menjalani debat yang panjang dalam forum resmi maupun
tidak resmi, aku dan istri Priyono mengalah. Resolusi para suami itu kami terima
dengan catatan kami ikut dalam kegiatan club ini semata-mata hanya untuk sekedar
ingin tahu saja dan tidak ada tujuan lain yang lebih dari itu. Selain daripada
itu kami mengalah untuk membuat hati para suami senang. Oleh karena itulah malam
ini akhirnya aku berada di tempat ini.

Aku mengenakan gaun dari bahan satin yang agak tipis yang agak ketat melekat di
tubuhku. Aku mengenakan gaun ini adalah juga atas anjuran suamiku. Suamiku
berkata bahwa aku sangat menarik apabila mengenakan pakaian yang agak ketat dan
terbuka. Aku kira pendapat suamiku benar, karena dengan memakai gaun ini aku
lihat bentuk tubuhku jadi semakin nyata lekak-lekuknya. Apalagi dengan model
potongan dada yang agak rendah membuat pangkal buah dadaku yang putih bersih
kelihatan agak tersembul keluar membentuk dua buah bukit lembut yang indah.

Tidak berapa lama kami berdiri di depan pintu, seseorang membuka pintu dan
langsung menyalami kami. "Selamat datang dan selamat malam", katanya langsung
sambil menyalami kami. "Perkenalkan saya Djodi, tuan rumah di sini, dan ini
istriku.., panggil saja Siska!" katanya langsung memperkenalkan seorang wanita
yang tiba-tiba muncul. Dandanannya agak menor untuk menutupi kerut wajahnya yang
sudah dimakan usia. Tapi secara keseluruhan bentuk tubuhnya masih boleh jugalah.
Buah dadanya subur walaupun perutnya kelihatan agak gendut. Kelihatannya dia itu
seorang keturunan Cina. Selanjutnya kami dipersilakan masuk ke dalam ruangan
tamu.

Suasana dalam ruangan itu kudapati biasa-biasa saja. Di sudut-sudut ruangan
terdapat makanan kecil dan buah-buahan. Di sudut lainnya ada sebuah bar yang
kelihatan lengkap sekali jenis minumannya. Sementara itu suara iringan musik
terdengar samar-samar mengalun dengan lembut dari ruang tamu yang besar. Yang
membedakannya adalah para tamunya. Kelihatannya tidak begitu banyak, kuhitung
hanya ada belasan orang dan wanitanya semua berdandan secantik mungkin dengan
pakaian yang lebih seksi daripada yang kukenakan. Demikian juga aku tidak
melihat seorang pelayan pun atau petugas catering yang biasanya mengurusi
konsumsi dalam pesta-pesta yang diadakan di rumah-rumah mewah seperti ini.

"Silakan.. help your self saja", kata nyonya rumah kepada kami dalam bahasa
Inggris logat Cina Singapore. "Memang sengaja para pembantu semuanya sudah
disuruh ngungsi.., you know kan, agar privacy kita tidak terganggu!" katanya
lagi dengan suara yang genit.

Kami segera berbaur dengan pasangan-pasangan lainnya yang sudah ada di sana.
Priyono dan istrinya sedang mengobrol dikelilingi beberapa pasangan lainnya. Aku
lihat istri Priyono benar-benar sangat menarik sekali malam itu dengan
pakaiannya yang agak tembus pandang membuat mata kita mau tidak mau akan segera
terjebak untuk memperhatikannya dengan seksama, apakah dia memakai pakaian dalam
di balik itu. Sehingga dalam pakaian itu dia tidak saja kelihatan sangat cantik
akan tetapi juga seksi. Melihat penampilan istri Priyono, suamiku jadi sangat
antusias sekali. Dia terus memperhatikan istri Priyono tanpa mempedulikanku
lagi. Sikap suamiku yang demikian menimbulkan juga rasa cemburu di hatiku. Jadi
benar dugaanku, rupanya suamiku benar tertarik kepada istri Priyono. Pantas saja
dia sering memujinya bahkan sering mengatakan kepadaku secara bergurau bagaimana
rasanya kalau berhubungan kelamin dengan istri Priyono.

Tidak berapa lama kemudian tuan rumah beserta istrinya menghampiri kami. "Mari
kita ambil minum dahulu", katanya sambil langsung menuju bar. Salah seorang tamu
kemudian bertindak sebagai bar tender. Dengan cekatan dia membuatkan minuman
yang dipilih masing-masing orang dan kebanyakan mereka memilih minuman yang
bercampur akohol. Kecuali aku dan istri Priyono. Aku memang tidak begitu tahan
terhadap minuman beralkohol.

"Anda minum apa?" tanyanya kepadaku dan istri Priyono. "Coca cola saja..!"
kataku. "Pakai rum, bourbon atau scotch?" "Terima kasih.., coca cola saja..!"
"Oo, di sini tidak boleh minum itu! Itu termasuk minuman kedua yang dilarang di
sini..!" katanya dalam nada yang jenaka. "Minuman pertama yang dilarang adalah
cola atau lainnya yang dicampur dengan Baygone! Yang kedua minuman yang anda
pilih tadi, jadi mau tidak mau harus dicampur sedikit dengan rum atau lainnya.
Saya kira 'rum and cola' cocok untuk anda berdua!" katanya lagi sambil terus
mencampur rum dan segelas cola serta menaruh es batu ke dalamnya. "Ini..,
cobalah dahulu.., buatan bar tender terkenal!" katanya sambil menyodorkan gelas
itu kepada kami.

Selesai membuat minuman dia segera bergabung dengan kami. "Anda cantik sekali
dengan busana ini", katanya seraya memegang pundakku yang terbuka. Aku agak
menjauhinya seketika karena kukira dia mabuk. Tapi sesungguhnya hal itu
disebabkan aku tidak terbiasa beramah-ramah dengan seorang pria asing yang belum
kukenal benar. "Terima kasih", kataku berusaha menjawabnya. "Dada anda bagus
sekali", katanya sambil menatap dalam-dalam ke arah belahan dada gaunku. Dia
diam sejenak. Kemudian dia mulai memperhatikanku secara khusus. Kelihatannya dia
sedang menilaiku. Aku dapat membacanya dari senyumnya yang tersembunyi. Apabila
waktu yang lalu ada seorang laki-laki yang memandang diriku secara demikian maka
suamiku mungkin akan segera mengirimkan bogem mentah kepadanya.

Aku pun kemudian mulai memperhatikan penampilannya. Aku berpikir apakah dia
laki-laki yang akan meniduriku nanti? Tidak begitu jelek juga, pikirku. Tinggi
badannya kira-kira 170 cm, dengan bahu yang bidang dan wajah yang ramah menarik.
Aku berpikir rupanya dalam club ini untuk dapat tidur dengan seorang wanita
tidak berbeda bagaikan akan membeli seekor sapi saja. Namun secara tidak
disadari aku menyukai juga ucapannya itu terutama datangnya dari seorang pria
yang tidak aku kenal dan di hadapan suamiku. Kuharap dia dengar kata-kata itu.
Kata-kata itu ditujukan kepadaku, bukan kepada istri Priyono. Ya, pada saat itu
aku merasa agak melambung juga walaupun hanya sedikit.

Aku segera menghabiskan minumanku. Aku memang selalu berbuat itu, akan tetapi
rupanya dia mengartikannya lain bahwa aku ingin segera memulai sesuatu. "Jangan
terburu-buru!" katanya. "Kita belum lagi tahu cottage mana yang akan anda
tempati", katanya sambil menambah minumanku. "Akan tetapi saya senang sekali
apabila nanti kita dapat tempat yang sama dan segera ke sana." bisiknya. Aku
menjadi agak terselak seketika. Hal ini disebabkan bukan hanya aku kaget
mendengar bisikannya itu, tetapi juga minumanku terasa sangat keras sehingga
kepalaku langsung terasa mulai berat. "Saya benar-benar baru pertama kali
mengikuti pertemuan ini", tiba-tiba aku berkata secara spontan. "Ohhh", katanya
agak kaget. Kemudian dia menatapku dengan pandangan yang menyesal. "Saya harap
kata-kata saya tadi tidak menyinggung anda." bisiknya dengan nada minta maaf.
"Sungguh.. sungguh tidak", kataku sambil memberikan senyuman.

Tidak berapa lama kemudian tuan rumah mengumumkan akan melakukan penarikan nomor
arisan. Semula aku mengira tuan rumah akan menarik nama pasangan yang akan
mendapat arisan bulan ini sebagaimana arisan-arisan biasa lainnya. Akan tetapi
dugaanku meleset. Mula-mula tuan rumah meminta kami untuk berkelompok secara
terpisah antara suami istri. Para suami membuat kelompok sendiri dan para istri
juga membuat kelompok sendiri. Selanjutnya kami masing-masing diminta mengambil
amplop kecil dalam dua buah bowl kristal yang berbeda yang diletakkan pada
masing-masing kelompok. Satunya untuk para suami dan satunya lagi untuk para
istrinya. Amplop kecil tersebut ternyata berisi sebuah kunci dengan gantungannya
yang bertuliskan sebuah nomor.

Aku bertanya kepada wanita di sebelahku yang kelihatan sudah biasa dalam
kegiatan ini. "Kunci ini adalah kunci cottage yang ada di sekitar villa ini.."
katanya. "Jadi nanti kita cocokkan nomor yang ada di kunci itu dengan nomor
bungalow atau kamar di sana." "Terus..." kataku selanjutnya. "Terus..!?" katanya
sambil memandang kepadaku dengan agak heran. "Terus..? Oh ya.., kita tunggu saja
siapa yang dapat kunci dengan nomor yang sama!"

Tiba-tiba hatiku menjadi kecut. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan
dilakukan dalam cottage itu. Apalagi hanya berduaan dengan laki-laki yang bukan
suami kita. "Jadi kita hanya dengan berdua dalam cottage itu?" "Ya, karena
kuncinya sudah pas sepasang-sepasang!" "Jadi kita tidak tahu siapa yang dapat
kunci dengan nomor yang sama dengan nomor kita?" kataku untuk menegaskan
dugaanku. "Ya, memang sekarang ini sistemnya berbeda. Dahulu pada waktu club ini
disebut The Golden Key Club memang kita bisa ketahui karena para pesertanya
mula-mula berada dalam sebuah kamar masing-masing. Jadi kita tahu siapa di kamar
nomor berapa. Kemudian baru para suami keluar dan saling tukar menukar kunci
kamar mereka dimana para istrinya berada di dalamnya. Sekarang sistem itu telah
dirubah. Karena dengan sistem itu ada anggota yang suka curang. Dia memilih
pasangan yang diincarnya sehingga timbul komplain dari anggota yang lain.
Sekarang masing-masing pasangan mengambil kunci kamar secara diundi dan
disaksikan oleh semua anggota. Sehingga sekarang lebih fair karena anggota tidak
dapat memilih pasangannya yang diincar terlebih dahulu. Kelemahannya dalam
sistem ini ada kemungkinan pasangan suami-istri itu juga akan mendapatkan nomor
yang sama. Kalau sudah begitu ya nasibnya lah.., kali ini dia tidak dapat apa
apa."

Sekarang aku baru mengerti mengapa club ini dahulu dinamakan The Golden Key
Club. Selesai kami mengambil kunci semua berkumpul kembali di ruang tamu. Tuan
rumah meminta kami untuk mengambil gelas sampanye masing-masing kemudian kami
bersulang. Aku mereguk sampanye itu sekaligus sehingga kepalaku kini terasa
semakin berat. "Dapat nomor berapa?" kata suamiku yang tiba-tiba sudah berada di
sampingku. "Nomor delapan..!" jawabku. "Untung..! " "Kenapa untung?" "Ya untung
tidak dapat nomor yang sama.., nomorku duabelas!" katanya. "Itu bukan untung
tapi cilaka.., cilaka duabelas namanya!" "Ya tapinya untung juga..!" jawab
suamiku. "Kenapa..?" "Untung bukan cilaka tigabelas!" jawabnya sambil tertawa.
"Sudah percuma berdebat di sini..!" kataku. "Eh kalau Novie dapat nomor berapa
ya?" kataku lagi. "Iya ya.., nomor berapa dia, tolong kau tanyakan dong!"

Rupanya aku tidak usah berpayah-payah mencari Novie karena tiba-tiba Priyono dan
istrinya sudah berada di dekat kami. "Eh, kamu dapat nomor berapa?" aku berbisik
kepada Novie. "Nomor duabelas Mbak.." jawabnya. Aku jadi terhenyak. Jadi maksud
suamiku untuk meniduri istri Priyono kini tercapai. Aku segera memberi isyarat
kepada suamiku bahwa nomornya sama dengan nomor dia. Suamiku kelihatan berseri
seri sekali ketika menerima isyaratku. Aku jadi agak cemburu lagi melihat
tingkahnya. Dia bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti irama musik yang mengalun di
ruangan itu.

Tidak berapa lama kemudian lampu-lampu di seluruh ruangan itu mulai meredup.
Ruangan itu kini menjadi agak gelap dan alunan musik berirama slow terdengar
lebih keras lagi. Suasana dalam ruangan itu kini jadi lebih romantis. Aku lihat
beberapa pasangan yang mulai berdansa tapi kebanyakan dari mereka menyelinap
satu persatu, mungkin menuju cottage-nya masing-masing, tapi ada juga yang masih
duduk-duduk mengobrol di sofa.

Tiba-tiba Priyono mengajakku untuk berdansa. Dan sudah barang tentu suamiku
segera juga mengajak istri Priyono berdansa. Ketika kami berdansa Priyono
mendekapku erat-erat. Begitu sangat eratnya sehingga seolah-olah kami dapat
mendengar degub jantung di dada masing-masing. "Kamu dapat nomor berapa?" tiba
tiba Priyono berbisik di telingaku. "Nomor delapan!" jawabku. "Ah, sayang..."
"Mengapa?" kataku lagi. "Aku nomor enam!" katanya lagi. "Siapa itu..?" tanyaku.
"Aku dengar sih Nyonya Siska, istrinya tuan rumah!" "Wah, enak dong.., orangnya
sintal, mungkin tiga hari nggak habis dimakan!" kataku berseloroh. "Jangan
ngeledek ya..!" katanya. "Memangnya kenapa..? Kan betul orangnya sintal!"
"Potongan seperti itu bukan typeku!" katanya. "Typemu seperti apa sih?" kataku.
"Seperti kamu...!" katanya lagi sambil terus mendusal-dusal leherku.

Aku jadi agak bergelinjang juga leherku diciumi Priyono sedemikian rupa. Selama
kami bergaul belum pernah dia melakukan hal yang tidak senonoh denganku. Dia
sangat sopan terhadapku. Tapi malam ini tiba-tiba saja dia berbuat itu. Apakah
karena pengaruh alkohol yang dia minum tadi atau memang selama ini dia juga
mempunyai perasaan yang terpendam terhadap diriku. Perasaanku kini jadi
melambung kembali. Ditambah dengan pengaruh alkohol yang aku minum tadi, aku
merasakan adanya gairah birahi yang timbul dalam diriku ketika berdekapan
Priyono sehingga aku pasrah saja leherku didusal-dusalnya.

"Eh, kau ngerayu, atau mabok..? Kenapa dari dulu-dulu nggak bilang!" kataku
sambil terus mendekapkan tubuhku lebih erat lagi sehingga buah dadaku terasa
menyatu dengan dadanya. "Malu sama suamimu!" "Kenapa malu.., dia sendiri juga
sering cerita bahwa dia suka sama istri kamu, eh sekarang dia dapat nomor kamar
istrimu lagi!" kataku lagi. "Oh ya..?" kata Priyono. "Kalau aku dulu bilang..,
kau terus mau apa?" "Tentunya kita nggak usah payah-payah ikut arisan di sini..
di rumah saja!" "Ah, kau..!" katanya sambil terus menempelkan pipinya ke pipiku.
Selanjutnya begitu irama musik hampir selesai, tiba-tiba Priyono meraih wajahku
dan langsung mengecup bibirku dengan lembut.

Ketika kami kembali ke tempat semula kudapati suamiku dan istri Priyono sudah
tidak ada di sana. Aku pikir mereka sudah tidak sabar lagi dan masuk ke
cottagenya ketika kami sedang berdansa tadi. Baru saja kami duduk tiba-tiba
sepasang suami istri datang menghampiri kami dan mengulurkan tangannya. "Saya
Alex.., dan ini istri saya Mira", katanya memperkenalkan diri. Priyono dan aku
menyebutkan nama kami masing-masing. Selanjutnya kami berbasa-basi berbincang
bincang sejenak. "Anda dapat nomor berapa?" dia bertanya kepada Priyono. "Enam!"
jawab Priyono singkat. "Saya nomor delapan dan istri saya nomor enambelas"
katanya. Aku jadi tersentak seketika, demikian juga Priyono. "Itu adalah
nomorku", kataku. "Oh ya!" kata Alex agak kaget. "Saya kira anda berdua sudah
bernomor sama.., tapi anda kan bukan pasangan suami istri?" katanya lagi.
"Ya..!" kataku hampir serempak.

Kemudian dia berpaling kepada Priyono dan mengamit lengannya menjauhi kami.
"Bolehkah kita bernegosiasi.." bisiknya kepada Priyono. "Saya lihat anda senang
sekali dengan nomor delapan. Sebenarnya saya juga senang dengan penampilannya,
akan tetapi saya sudah mempunyai janji dengan nomor enam. Bagaimana kalau kita
bertukar nomor? Anda mengambil nomor delapan dan saya nomor enam. Sedangkan
istri saya memang sudah sesuai dengan nomor enambelas yang juga kebetulan tuan
rumah kita. Memang hal ini tidak diperbolehkan apabila ada anggota lainnya yang
tahu. Tapi saya harap hal ini hanya di antara kita saja." Bagaikan mendapatkan
durian runtuh, Priyono segera saja mengiyakan. Kemudian kulihat mereka bertukar
nomor kunci. "Oh, dear!" kata Alex. "Kali ini saya tidak akan menginterupsi
kalian. Lain kali saya harap saya dapat nomor anda lagi!" Kemudian dia
melingkarkan tangannya ke tubuhku dan memberikan sebuah kecupan kecil di
bibirku. Selanjutnya tidak ayal lagi Priyono segera memegang tanganku dan
menuntunku menuju cottage nomor delapan.

Ketika kami memasuki pintu cottage itu aku berpikir di sinilah kemungkinan
awalnya perubahan hidupku. Seumur hidupku aku belum pernah melakukan hubungan
badan dengan laki-laki lain kecuali dengan suamiku sendiri, akan tetapi hal itu
akan berubah dalam waktu beberapa menit ini. Aku akan menjadi seorang istri yang
serong dan semuanya ini disebabkan oleh ulah suamiku sendiri. Apakah ada orang
yang akan percaya mengenai hal itu? Secara jujur begitulah keadaanku dan itulah
apa yang kupikirkan waktu itu. Aku tahu dengan ini aku memberikan suamiku
semacam kepuasan seks lain sebagaimana yang dia inginkan.

Begitu memasuki cottage itu Priyono langsung merangkulku dan mulai menghujani
wajahku dengan kecupan-kecupan kecil. Dia kelihatan begitu sangat bernafsu
sekali terhadap diriku. Aku benar-benar tidak menyangka Priyono dapat bersikap
seperti itu. Selama ini kukenal dia wajar-wajar saja apabila bertemu denganku.
Apakah pada acara-acara rutin kami atau kesempatan lainnya. Kupikir apakah hal
itu akibat pengaruh alkohol yang diminumnya tadi atau mungkin juga memang sejak
dahulu dia sudah mempunyai minat yang besar terhadap diriku namun dia terlalu
sopan untuk mengungkapkannya dalam kesempatan yang biasa.

Tidak berapa lama kemudian tangannya segera menyusup ke balik busanaku yang
memang berpotongan rendah dan menjalar menelusuri punggungku. Tiba-tiba kusadari
betapa nikmatnya itu semua. Aku merasakan suatu hal yang luar biasa yang belum
pernah kualami sebelumnya, aku merasa bagaikan kembali pada saat-saat dimana aku
mengalami ciuman yang pertama dari seorang laki-laki. Hanya kini rasa sensasi
yang muncul dalam diriku aku rasakan tidak asing lagi. Aku ingin segera
ditiduri.

Ketika bibirnya menempel di bibirku aku pun langsung melumatnya dengan kuat.
Selanjutnya dia merenggangkan mulutku dan mendorongkan lidahnya di antara gigiku
mencari-cari lidahku yang segera kujulurkan untuk menyambutnya. Sungguh
merupakan suatu ciuman yang panjang dan lama sekali. Selanjutnya dengan segera
tangannya mulai meraba daerah sekitar buah dadaku. Aku mempunyai suatu kelemahan
mengenai buah dadaku, aku maksudkan buah dadaku sangat sensitif sekali. Begitu
buah dadaku tersentuh maka praktis akan membuatku terus bergelinjang. Oleh sebab
itu ketika tangannya menyentuh langsung puting susuku maka aku menjadi
bergelinjang dan meliuk-liuk dengan liarnya. Jari-jariku menghujam di
punggungnya menahan suatu perasaan yang sangat dahsyat.

Pada saat tubuh kami terlepas satu sama lainya, nafas kami pun memburu dengan
hebat. Dia mulai meneliti busanaku mencari kancing atau pun reitsleting untuk
segera melepaskan busana itu dari tubuhku. Akan tetapi busanaku memang hanya
mempergunakan karet elastis saja, maka dengan mudah aku segera melepaskan busana
itu melalui kepala. Aku tidak mengenakan apa-apa lagi di balik busanaku itu
kecuali dua carik pakaian dalam model bikini yang tipis dengan warna yang senada
dengan kulitku.

"Saya senang dengan puting susu yang besar", katanya sambil menyentuh puting
susuku dengan lembut. "Karena cukup untuk menyusui anaknya dan sekaligus
bapaknya." Aku tidak menjawab. Kupikir dalam kesempatan seperti ini dia masih
saja bisa berkelakar. Akan tetapi sebenarnya saat itu aku juga ingin berkata
kepadanya bahwa aku juga ingin segera menyaksikan bagaimana bentuk tubuh aslinya
di balik kemeja dan pantalonnya itu. Namun aku merasa masih sangat malu untuk
berkata secara terus terang. Rupanya dia dapat membaca apa yang ada dalam
pikiranku. Sehingga selanjutnya kudapati dia mulai membuka kancing kemejanya dan
melepaskan kemeja itu dari tubuhnya.

Aku masih teringat bagaimana bentuk dadanya itu dan bagaimana ketika dia
memperlakukan diriku. Dadanya kecoklat-coklatan hampir berwarna sawo matang
penuh ditumbuhi dengan bulu dada keriting berwarna hitam di tengahnya. Otot
ototnya pun semua kelihatannya sangat kokoh dan seimbang. Ingin rasanya aku
menyentuhkan wajah serta puting susuku ke dadanya, dan tidak berapa lama
kemudian secara tidak kusadari aku telah melakukan hal itu. Aku mengecup dadanya
kemudian puting susunya. Betapa aku menggali kenikmatan dari itu semua.

Ketika aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya, aku dapat merasakan gumpalan alat
kejantanannya di balik pantalonnya yang sudah menjadi besar dan keras sekali.
Dia menggesek-gesekkan alat kejantanannya tersebut ke tubuhku yang hanya
mengenakan BH serta celana dalam nylon yang tipis. Sementara itu tangannya telah
menyusup ke balik celana dalamku menelusuri daerah sekitar pantatku dan meremas
remasnya dengan kuat daging pantatku yang lembut dan berisi. Selanjutnya dengan
serta merta dia melucuti celana dalamku ke bawah kakiku, sementara aku pun
merasa semakin bergelinjang dengan hebatnya. Segera saja kulemparkan celana
dalam itu dengan kakiku jauh-jauh dari tubuhku. Dia pun kini melepaskan BH-ku
sehingga kini tubuhku benar-benar berada dalam keadaan bertelanjang bulat
berdiri di hadapannya.

Kemudian Priyono agak menjauh beberapa saat untuk menurunkan reitsleting
calananya. Begitu reitsleting diturunkan dalam sekejap pantalonnya pun juga ikut
tergusur ke bawah. Dan sudah barang tentu pemandangan selanjutnya yang
kusaksikan adalah sebuah alat kejantanan yang sangat besar dan gempal sedang
berdiri dengan tegaknya menentang diriku.

Aku tidak melihat banyak perbedaan dengan bentuk alat kejantanan suamiku, akan
tetapi yang mengesankan adalah alat kejantanan yang kulihat sekarang adalah
milik seorang laki-laki lain walaupun dia sahabat suamiku. Seumur hidupku aku
belum pernah menyaksikan alat kejantanan seorang laki-laki dewasa yang begitu
dekat jaraknya dengan tubuhku kecuali alat kejantanan suamiku sendiri, apalagi
aku sendiri dalam keadaan bertelanjang bulat, dan tidak berapa lama lagi dia
akan menyetubuhi diriku dengan alat tersebut. Sehingga secara tidak sadar
kurasakan timbul suatu keinginan dalam diriku untuk segera memegang bahkan
menghisap alat kejantanan itu, akan tetapi sekali lagi aku masih tidak mempunyai
keberanian melakukan hal itu.

Selanjutnya Priyono meraih dan membopong tubuhku yang telah bertelanjang bulat
itu ke atas tempat tidur. Aku segera telentang di sana dengan segala kepolosan
tubuhku menanti kelanjutan dari dari kesemuanya itu dengan pasrah. Akan tetapi
rupanya Priyono belum mau memasukkan alat kejantanannya ke liang kewanitaanku.
Dia masih tetap saja berdiri menikmati pemandangan keindahan tubuhku dengan
pandangan yang penuh dengan kekaguman.

Tatapan mata Priyono ke seluruh tubuhku yang bugil di lain keadaan juga
menumbuhkan semacam perasaan erotis dalam diriku. Aku merasakan adanya suatu
kenikmatan tersendiri bertelanjang bulat di hadapan seorang laki-laki asing yang
bukan suamiku sendiri dan memperlihatkan seluruh keindahan lekuk tubuhku yang
selama ini hanya disaksikan oleh suamiku saja. Sehingga secara tidak sadar
kubiarkan tubuhku dinikmati mata Priyono dengan sepuas-puasnya. Malahan ketika
tatapan mata Priyono menyapu bagian bawah tubuhku secara reflek aku renggangkan
keduabelah pahanya agak lebar seakan-akan ingin memberikan kesempatan yang lebih
luas lagi kepada mata Priyono untuk dapat menyaksikan bagian dari tubuhku yang
paling sangat rahasia bagi seorang wanita.

Puas menikmati keindahan tubuhku kini tangan Priyono mulai sibuk di seluruh
tubuhku. Tangannya mulai meraba dan meremas seluruh bagian tubuhku yang
sensitive. Mulai dari buah dadaku yang subur berisi sampai pada liang senggamaku
yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang sangat lebat. Aku menjadi tambah
bergelinjang dan tubuhku terasa bergetar dengan hebat. Secara tidak sadar aku
mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dengan hebat. Liang senggamaku tambah
berdenyut dengan hebat dan terasa licin dengan cairan yang keluar dari dalamnya.
Aku heran bagaimana seorang laki-laki yang bukan suamiku dapat membuat diriku
menjadi sedemikian rupa. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku dapat
merasakan gelinjang birahi yang sedemikian hebat dari laki-laki lain yang bukan
suamiku.

Tidak berapa lama kemudian dia berlutut di depanku dan merenggangkan kedua belah
pahaku lebih lebar lagi. Selanjutnya dia merangkak di antara kedua belah pahaku
dan menatap langsung ke arah alat kewanitaanku. Lalu dia membungkukkan tubuhnya
agak rendah dan mulai menciumi pahaku yang lama kelamaan semakin dekat ke arah
liang kenikmatanku. Kembali aku merasakan suatu sensasi yang hebat melanda
diriku. Aku benar-benar merasa semakin bertambah liar.

Aku berteriak liar dengan suara yang sukar dipercaya bahwa itu keluar dari
mulutku. Bagaikan serigala yang ganas Priyono segera melumat habis-habisan alat
kewanitaanku. Mula-mula dia menjulurkan lidahnya dan mulai menyapu klitorisku
dengan sangat halus sekali namun cukup untuk membuatku menjadi lupa daratan.
Pinggulku secara otomatis mulai bergerak turun naik bagaikan dikendalikan oleh
sebuah mesin dalam tubuhku.

Priyono kemudian menurunkan lidahnya lebih ke bawah lagi dan membuat putaran
kecil di sekitar liang senggamaku dan akhirnya dia sorongkan lidahnya dengan
mahir ke dalamnya. Aku merasakan darahku menggelegak. Lidahnya terus keluar
masuk berputar-putar menari-nari. Betapa tingginya seni permainan lidahnya itu
tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Lebih jauh dari itu aku tidak tahan
lagi dan aku langsung mencapai puncak orgasme yang hebat.

"Sudah... sudahlah", akhirnya aku berkata. Priyono tetap meneruskan melahap
liang senggamaku. Sementara itu aku terus-menerus mengalami orgasme bertubi-tubi
namun pada akhirnya dia berhenti juga. Dan pada saat dia mengambil posisi untuk
menyetubuhi diriku, aku segera bangkit dan kini tanpa merasa risih lagi aku
segera meraih alat kejantanannya yang hangat berwarna kemerah-merahan lalu
memasukkannya ke dalam mulutku dan mulai bekerja dengan lidahku di sepanjang
alat kejantanannya yang begitu terasa keras dan tegang. Aku merasakan suatu
kenikmatan yang lain yang belum pernah aku rasakan. Aku merasakan alat
kejantanan Priyono mempunyai aroma yang berlainan dengan alat kejantanan
suamiku.

Kini aku baru sadar alat kejantanan dari setiap laki-laki juga mempunyai
perbedaan rasa yang khas yang tidak sama antara satu lelaki dengan lelaki
lainnya. Bukan saja dari bentuk dan ukurannya akan tetapi juga dari aroma yang
dipancarkan oleh masing-masing alat kejantanan itu. Selain itu aku merasakan
alat kejantanan laki-laki lain ternyata terasa lebih nikmat daripada alat
kejantanan suamiku sendiri. Mungkin hal itu karena aku mendapatkan sesuatu yang
lain dari apa yang selama ini kurasakan. Jadi walaupun serupa tetapi tidak sama
rasanya.

"Sekarang giliranku untuk meminta berhenti", katanya dengan tenang. Sebenarnya
aku enggan melepaskan alat kejantanan yang menggiurkan itu dari mulutku. Aku
ingin merasakan betapa alat kejantanannya itu memancarkan sperma dalam mulutku,
akan tetapi kupikir tidak akan senikmat sebagaimana bila alat kejantanannya itu
meledak dalam rahimku dalam suatu persetubuhan yang sempurna, sehingga kuturuti
permintaannya dan membaringkan tubuhku dengan kedua belah kakiku ke atas.
Selanjutnya aku menyaksikan sebuah dada yang bidang menutupi tubuhku dan tidak
lama kemudian kurasakan alat kejantanannya itu mulai terbenam ke dalam liang
senggamaku yang hangat dan basah. Aku jadi agak mengerang kecil ketika alat
kejantanan yang besar dan gempal itu memasuki tubuhku.

"Oh, sayang.., sayang", kata Priyono bergumam. "Teruskan.., teruskan! Rasanya
dahsyat sekali..!" kataku secara spontan sambil mengencangkan otot liang
senggamaku sehinga alat kejantanan Priyono itu terjepit dengan kuat. Kemudian
dengan suatu kekuatan bagaikan sebuah pompa hydroulis, liang kewanitaanku
menghisap dalam-dalam alat kejantanan itu sehingga terasa menyentuh leher
rahimku.

Secara perlahan-lahan dia mulai menggerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Untuk
beberapa saat aku telentang tanpa bergerak sama sekali menikmati diriku
disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku. Sungguh sulit dipercaya,
aku merasa hal ini sebagai suatu mimpi. Seorang laki-laki lain yang bukan
suamiku kini sedang memasukkan alat kejantanannya ke dalam tubuhku dan aku pun
sedang menggali semua kenikmatan darinya.

Selanjutnya aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dalam suatu putaran yang
teratur mengikuti gerakan turun naik tubuhnya. Dengan garang Priyono terus
menerus menikamkan alat kejantanannya sedalam-dalamnya ke liang senggamaku
secara bertubi-tubi. Alat kejantanannya dengan teratur keluar masuk dan naik
turun di liang senggamaku yang membuka serta meremas dengan erat alat kejantanan
itu. Aku merasakan persetubuhan yang sedang kami lakukan ini betul-betul sangat
hebat. Dan kesemuanya ini disebabkan oleh alat kejantanan seorang laki-laki lain
yang bukan suamiku.

Selanjutnya Priyono mulai menghujamkan tubuhnya ke tubuhku semakin kuat dan
semakin kencang. Kami jadi bergumulan dengan hebat di atas tempat tidur saling
cabik mencabik tubuh masing-masing. Tubuh kami bersatu dan merenggang dengan
hebat. Setiap hunjamannya membawaku ke suatu alam fantasi yang jauh entah dimana
yang tidak pernah kuketahui dan belum pernah kualami sebelumnya. Yang aku tahu
pada saat itu hanyalah suara desahan kenikmatan yang keluar dari mulut kami
masing-masing.

Tiba-tiba puncak dari itu semua, kurasakan alat kejantanannya yang berada dalam
liang senggamaku menjadi sedemikian membesar dan tegang dengan keras. Liang
senggamaku pun terasa berdenyut lebih keras lagi dan akhirnya aku merasakan
suatu cairan yang hangat dan kental terpancar dari alat kejantanannya membanjiri
liang senggamaku. Nafas Priyono dengan kuat menyapu wajahku. Saat yang
mendebarkan itu berlangsung lama sekali. Sangat sukar aku lukiskan betapa
kenikmatan yang kualami dari kesemuanya itu. Akhirnya kami terbaring dengan
segala kelelahan namun dalam suatu alam kenikmatan lain yang belum pernah aku
alami bersama suamiku. Yang terang ketika Priyono menarik alat kejantanannya
dari liang senggamaku, aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam tubuhku.

Sisa malam itu tidak kami sia-siakan begitu saja. Kami menghabiskan sisa malam
itu dengan melakukan hubungan intim beberapa kali lagi bagaikan sepasang suami
istri yang sedang berbulan madu dalam suatu hubungan persetubuhan yang sangat
dahsyat dan belum pernah kualami bersama suamiku selama ini. Kami terus
berasyik-masyuk sampai saat-saat terakhir kami kembali ke rumah masing-masing
ketika hari sudah menjelang subuh.

Keesokan harinya ketika aku terbangun, aku merasa bagaikan seorang wanita yang
baru dilahirkan kembali. Demikian pula suamiku. Aku merasakan adanya suatu
kesegaran dan kecerahan lain dari yang lain dan penuh dengan semangat kegairahan
hidup. Hal ini membawa pengaruh kepada hari-hariku selanjutnya. Aku merasa
mendapatkan suatu horizon baru dalam kehidupan. Demikian juga suamiku, kurasakan
cinta kasih kami semakin bertambah dari waktu-waktu sebelumnya. Kehidupan rumah
tangga kami serasa lebih harmonis penuh dengan keceriaan dan kegembiraan
daripada waktu-waktu yang lalu. Dengan demikian tidak mengherankan kiranya
apabila aku dan suamiku terus menghadiri arisan itu beberapa kali dan selama itu
pula aku telah dapat merasakan berbagai macam type alat kejantanan laki-laki
dalam berbagai macam bentuk dan ukuran serta berbagai macam tehnik permainan
hubungan kelamin dengan para suami orang lain. Akan tetapi yang penting dari
kesemuanya itu, di lain keadaan, aku menyadari suatu hal yang selama ini tidak
pernah terpikirkan maupun kubayangkan sebelumnya, bahwa alat kejantanan suami
kita sendiri sesungguhnya juga mempunyai suatu keistimewaan tersendiri. Aku
dapat mengetahuinya kesemuanya itu karena aku telah dapat membandingkannya
dengan alat kejantanan dari suami-suami orang lain.

Aku, tante dan tetangganya

Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3 kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati "pusakaku" berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.

Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.

"Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?" tanyaku pada Eko, salah seorang dari kawanku.
"Sabaarrr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek.." tukasnya.
Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut wajahnya).
Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
"Lisa.." seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
"Inneke.." sahut gadis manis disampingnya.
Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di depan kami.

Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri sudah habis satu pak A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Inneke, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di antara Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
"Boy.., I want your sperm tonight Honey..." bisik Lisa lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.

Inneke yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.
"Lho kok.. bengkok punyamu Say..?" tanya Lisa padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya.
"Gini lho Tan... mintanya dilurusin, Mas Boy ini.." kata Inneke diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.
"Aaakkhhh..." pekikku tertahan saat Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah.
Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke.

"Ooookh My Godd... ssshhh... aakkk..." desahku.
Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Inneke betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya.

"Aaakkk... mmmhhh..." desahku tidak menentu.
Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini.
"Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus..." bisikku dalam hati.
Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).

Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.
Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian, "Oookkkhhh... Nimaaatthh... Sayyy... seddooottthhh... terrruuusshhh..." desah Lisa terengah-engah.
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.
"Ssshhh... terussshhh... Sayyy..." Lisa mendesis seperti ular.
Tiba-tiba, "Teeettt..," suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir.
Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.
"Udahan dulu ya Tante.., In..," pintaku pada mereka.
"Emmhhh... Oke..." jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.

Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa.
"Kemana Kita nich..?" tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.
"Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!" ajak Tanta Lisa kepada Inneke.
"Baik Tan... Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya." sahut Inneke.
Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool.

Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.
"Innn..." bisikku mesra kepada Inneke mengawali percumbuanku.
Inneke yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
"Sreett..." penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.

Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
"Wuuuaahhh... ssshhh... terussshhh... nikkkmatthhh..." desah Inneke keras-keras saat kuperlakukan seperti itu.
Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu lama.

"Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?" kataku sambil melepaskan cumbuanku.
"Emmhhh..." desah Inneke sedikit kesal.
Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya.
"Aaakkkhhh... ssshhh... ssshhh..." desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Lisa pun tidak melihatku.
"Boyyy..." sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
"I... iii.. yaaa... Tan..?" sahutku agak kaget.
"Sini dooonggg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhhh..." Tante Lisa terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.
Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.
"Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini." bisikku dalam hati.
Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lisa pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
"Mmmppphhh... oookkkhhh... setubuhi aku Boy..! Cepeeetthh..!" pinta Tante lisa sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
"Baik.. Lisss... Terima penisku yang panjaaanggg..." bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.
"Oohhh... mmmppphhh... nikmatthh..." gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya.
"Kocokkhh.. yaacchhh... terussshhh... aaakhh... nimat bangeettthh..!" serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.

Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya.
"Aaakkkhhh... ooohhh... nimatthhnyaa... oookkkhhh Godd..!" teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.
Sepuluh detik kemudian, "Nnggghhh... aaakkkhhh... sshhhfff... ookkkhhh... Boyy... kocokk... lebih intens lagi Yannk..!" jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh indahnya.
Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya.
"Akkhh..." teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya.
Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.

Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lisa dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari pada Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.

"Aaaoookkkhhh... ssshhh... aaakkkhhh... aaakkkhhh..." jerit Inneke keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.
Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
"Booyy... ayyyoook terusinn..!" pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut pinggulnya.
Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa.

"Ookkhhh... Terusin Keee..!" pinta Tante Lisa saat Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa.
Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh lisa bagaikan daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
"Oooaaakkkhhh... nngghhh... ohhhh... nngghhh... Kocok terushh... yaaa... iyaa... terusss..!" desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya.
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar.
Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Lisa.

"Oookkhhghh... Goddhh... Ke... truuusss... Yanng... oookkhhh, kontholll... akkhhh... sshhh..." ceracau Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.
Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa.

"Oookkkhhh... Lissshhh... nikmathhh... vaginamu... Akkhhh..!" desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.
"Booyyy... Akuuu... mmmhhh... mauuu..." seru Tante Lisa menyambut orgasmenya.
Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.
"Sssebentar... Lissss... Kita keluar bareng..." bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.

Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku.
"Lisss... Aku nyammmppaaiii... uuaaakkkhhh... aaakkhhh.., aakhhh..," desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lisa, sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lisa.
"Sseerrr... serrr..." kurasakan cairan Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lisa meregang nikmat.
Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya.

"Aaakkkhhhggh..." desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.
Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan berbisik, "Enak khan Tannn..?"
Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku mengecup mesra Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.

Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.

"Ooookkkhh... sssshh..." desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak.
"Oookkkhhh... gellliii... ssshhh... terusssss... Keee..!" pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
"Oaaakhhh.... aaakkkhh... sshhhssshshh..." desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya.

Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.
"Oookkkhhh... terusss... hisappphh Sayy..!" pintaku sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi.
"Oooouakghh.. Plop..." tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.
"Aku ingin di whirpool Sayy..!" bisik Inneke.

Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Inneke akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Lisa.

"Masss... sshh... oookkkkhh... masukin Aku... oookkhhh... mmmppphh..." pinta Inneke sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awang-awang.

"Blesss..." 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan, "Aaakkkkhhh... mmmppph..." guman Inneke yang membuat Tante Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam.
Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi memangku kepala Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke.
"Aaawww... oookkkhhh... gelli... Masssh..." teriak Inneke saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya.
"Masss... dikocok pelaannn... yacch..!" pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.

Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.
"Ooookhhh... Massshh.. aaakuuu... hammmppirr..!" bisik Inneke saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku.
"Tahan Ke..!" pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lisa lagi.
"Akkkhhhgghhh... ssshhh... mmmpppphh..." desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Inneke.
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.

"Oookkkhhh... Taaan... aaaakk.. kuuu tak kuuu..atthh..." teriak Inneke mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan. Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa membuatnya lupa daratan.
"Aaaggghhh... oookkkhhh... oookkkhhh... aaakkkhhhg... mmmm.. ssshshhh.. awww... ssshhh..." ceracauku dan Inneke tidak beraturan.

Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.

Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.

Aku,Anggi,Sonya dan adiknya

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas banyaknya e-mail yang masuk. Sebelumnya saya pernah bercerita mengenai pengalaman saya bersama Anggie ke 17Tahun.com ini. Setelah itu, banyak sekali e-mail yang masuk pada saya. Mulai yang menanyakan identitas saya, sampai yang lebih lanjut. Dengan terpaksa, untuk menjaga kerahasiaan identitas saya, saya tidak membalas beberapa e-mail yang saya tahu benar dikirim oleh mahasiswa kampus saya, ataupun teman-teman SMA saya dulu. Berikut ini, saya akan menceritakan pengalaman terbaru saya.

Suatu hari di saat libur kuliah kemarin, saya berjalan-jalan dengan Anggie di Pondok Indah Mall. Pada saat kami melintasi stand POLO di lantai dasar untuk pulang, saya sangat terkejut karena saya bertemu dengan seorang cewek yang sepertinya pernah saya kenal. Lumayan lama saya amati, ternyata cewek itu adalah Sonya.

Saya pun hanya bisa berpura-pura lupa saja saat kami berpapasan. Perlu saya ceritakan kilas balik disini bahwa Sonya adalah cewek yang paling ngetop di SMA saya di Bandung dulu. Saat masih kelas 2, banyak sekali cowok di sekolah saya yang mengejar Sonya (termasuk saya juga sihh..) Tapi pas SMA dulu, siapa sih saya ini. Semua orang tahu kalau saya ini hanya anak kost di Bandung. Nilai rapor yang lumayan kurang membuat saya jadi cowok yang dipandang. Sedangkan Sonya, dia anak seorang pengusaha di Bandung. Cewek Bandung asli. Cantik abis, dan rumahnya besar. Pernah suatu hari kami belajar bersama di rumahnya. Singkat kata masih ada perasaan segan pada Sonya karena masa lalu.

Tapi tanpa saya sangka ternyata Sonya yang duluan menegur saya. "Hai..! Apa kabar loe?" Kami pun berbicara sesaat. Tampak ada keraguan Sonya untuk banyak bertanya pada saya, karena di samping saya ada Anggie. Sonya sendiri saat itu datang bersama adiknya. Perempuan juga dan masih sekolah di sebuah SMA Negeri di Jakarta Selatan. Dari cerita-cerita Sonya, akhirnya saya tahu bahwa dia sekarang kuliah di PTS yang terkenal di Jakarta. Saya sendiri saat ini juga masih kuliah di PTN di Bandung, sedangkan Anggie baru masuk kuliah di PTS yang kebetulan sama dengan Sonya. Dari percakapan kami, tampak ada rasa kagum Sonya pada saya. Kuliah di PTN "top", lebih dewasa, yah.. pokoknya berbeda jauh dengan pandangannya terhadap saya saat masih SMA dulu. Nampak sekali di wajahnya kalau ia menyesal mengapa dulu pernah meremehkan saya.

Pikiran saya saat itu, kapan lagi saya bisa ngajak tiga cewek cantik-cantik untuk jalan-jalan. Kalau di kampusku di Bandung, ceweknya boro-boro ada yang cantik, yang menarik pun tidak ada. "Oke, dari sini mau kemana Son..?" tanyaku.
"Mau pulang.. boleh nebeng nggak? Soalnya mobil gue lagi di bengkel. Kita tadi ke sini pake taksi." Dengan persetujuan Anggie saya pun langsung mengiyakan. Kami pun langsung berjalan ke arah parkiran Barat PI Mall.

Di mobil, Anggie duduk di depan, sedangkan Sonya dan adiknya duduk di belakang. Dalam perjalanan sesekali saya memegang tangan atau bahu Anggie. Anggie pun hanya tersenyum. "Akh.. genit loe..!" Tiba-tiba dari belakang Sonya nyeletuk, "Mau juga dong gue.." Wah, saya pikir-pikir inilah kesempatan saya menebus sakit hati saya di masa lalu. Tiga tahun saat SMA segala daya upaya dilakukan, namun tanpa hasil, sekarang.. "The Past Dream Comes True!"

"Oke Kalo gitu kita ke rumah gue dulu yaa.." Saat itu saya tahu bahwa kedua orang tuaku sedang ke luar. Di rumah hanya ada adik perempuan saya dan pembantu saja. Itu pun sorenya adik saya akan berangkat les, jadi tinggal pembantu saja yang ada di rumah.

Sampai di rumah saya, saya melihat adik saya sudah bersiap-siap pergi les dan akan diantar oleh sopir di rumah (maklum masih kecil, belum bisa nyetir). Saya pun lekas turun untuk sekedar say good bye pada adik perempuan saya yang sangat manja itu. "Bang, bawa cewek kok sampe 3 ekor sihh..?" godanya. Saya hanya bisa tersenyum sambil pura-pura tidak mendengar perkataan adik saya.

Singkat cerita kami pun langsung masuk ke rumah saya. Setelah minum kami berbicara di ruang tamu sambil menonton televisi. Saat itu kami menonton sebuah film di channel HBO. Meskipun sangat jarang ada adegan-adegan berbahaya di HBO (lain dengan TF1 atau Televisi Perancis lainnya), namun saat itu ada adegan ciuman yang lumayan lama.
Sonya pun nyeletuk lagi, "Loe jago cipokan nggak..?" Saya pun kaget setengah mati, dan perasaan saya ke Anggie saat itu sangat tidak enak.
"Jago dong.. tanya aja ke si Anggie.."
"Jago ke si Anggie sih belum tentu jago kalo ama saya," balasnya.
Si Anggie pun agak panas, "Oke kita buktikan, kalau perlu bukan sekedar cipokan tapi lebih.." Saya pun pura-pura cool saja, tapi dalam hati bahagianya setengah mati.
"Loe juga ikut aja Vit..!" ajak saya pada adiknya Sonya, Vita.

Kami pun lalu naik ke atas kamar tidur saya. Sampai di kamar saya, Sonya mengeluh, "Ini mah hanya cukup buat elo ama Anggie, khan ada empat orang nih, artinya harus double bed," katanya mengomentari kamar tidur saya yang hanya single bed. Kami berpindah ke kamar tidur orang tuaku. Sebenarnya bisa sih kami bermain di kamar adik saya, tapi takut aja saya kalau tiba-tiba adik saya cepet balik ke rumah.

Sampai di situ mereka pun langsung mempreteli baju dan celana saya. Tampak Anggie dan Sonya paling agresif, sedangkan Vita masih malu-malu dengan hanya tersenyum melihat saya seperti laki-laki yang tak berdaya. Saya pun dalam sekejap telanjang bulat di hadapan mereka bertiga yang masih berpakaian lengkap. Anggie masih memakai tangtop, Sonya dengan baju ketat, dan Vita masih dengan T-Shirt. "Uhhh, yang anunya gede.." goda Sonya melihat barang saya. Saya pun langsung membuat mereka bertiga berbaring di tempat tidur. Satu persatu saya buka baju dan bra-nya. Namun ada rasa sungkan juga saat membuka baju Vita yang masih beginner. "Udah Vit, enjoy aja kayak Mbak," hibur Sonya pada adiknya. Dalam sekejap, mereka bertiga juga berada dalam keadaan bugil.

Sonya lalu bangkit memeluk saya sambil membalikkan posisi kami sehingga saya berada di bawah. Ia lalu merapatkan bibirnya ke barang saya. Dalam sekejap Anggie meraih bibir saya dan melumatnya hingga saya sukar mengatur nafas. Perlu diketahui kami sering sekali beradu ciuman dengan Anggie sehingga ia tahu betul kelemahan saya dalam berciuman. Melihat Vita masih 'nganggur', saya lalu menegakkan badan saya, Vita pun lalu memeluk saya dari belakang sambil sesekali mencium daerah leher bagian belakang saya. Saya harap pembaca mendapat gambaran bagaimana posisi kami saat itu. Anggie memeluk dan mencium saya dari depan, Vita dari belakang, dan Sonya di bawah.

Saya pun hanya bisa membalas ciuman Anggie sambil sesekali mencium balik Vita, dan tangan saya hanya membelai kepala Sonya yang menghisap barang saya. Sesekali posisi kami di tempat tidur bergeser akibat kegelian saya saat main dengan 3 cewek sekaligus. Pikir-pikir inilah pengalaman pertama saya sekali main dengan banyak wanita pada saat yang bersamaan.

Sekitar 5 menit permainan berlangsung saya merasakan adanya cairan yang terpercik ke daerah pusar saya. Ternyata Anggie sudah orgasme pertama. Saya pun langsung membalikkan posisi kami sehingga sekarang saya yang berada di atas Anggie, sehingga untuk sementara Sonya harus menghentikan hisapannya pada barang saya. Langsung saja saya arahkan barang saya ke lubang kemaluan Anggie. Tampak Anggie kesakitan, tanpa peduli banyak saya langsung menghujamkan kejantanan saya dengan kecepatan tinggi sehingga Anggie sesekali berteriak. Saat itu Sonya hanya bisa mencium pantat saya dari arah samping, sementara Vita hanya melihat-lihat. "Eh, gue udah mau keluar nih Nggie.." kata saya pada Anggie. Angie pun lalu memindahkan tangannya yang semula memeluk punggung saya ke arah bahu saya. "Keluarin di dalam atau di luar nih say..?" tanya saya. "Di dalem aja gihhh.." jawabnya sambil menutup mata. Akhirnya, "croottt.. crottt.. crottt.." saya mengeluarkan sperma saya lumayan banyak mengakhiri permainan saya berdua dengan Anggie.

Setelah beristirahat sekitar 5 menit, saya lalu menyuruh Sonya tengkurap menghadap ke tempat tidur. Sambil meremas payudaranya yang berukuran 36B, saya lalu memeluk badannya dari arah belakangnya. Tanpa membuang waktu lalu saya mengarahkan kemaluan saya ke arah kemaluannya. Terus terang pertama-tama agak sulit karena pantat Sonya lumayan padat. Tapi akhirnya kejantanan yang panjangnya 18 cm dapat masuk ke lubang kemaluannya. Saya pun mengocok kemaluan saya yang sudah seluruhnya masuk ke dalam liang senggama Sonya. Tampak sesekali Sonya kesakitan, ia pun lalu melingkarkan kedua tangannya ke leher belakang saya, sehingga kami merasa sangat nyaman dengan posisi kami saat itu. "Kalo bisa keluarnya bersamaan Son..!" kataku pada Sonya, kamipun mengatur irama sehingga saat Sonya bilang sebentar lagi ia akan keluar, saya lalu meningkatkan akselerasi saya sehingga kami berdua bisa keluar pada saat yang bersamaan. Kami pun akhirnya keluar pada saat yang bersamaan. Di hati kecil saya, saya berkata, "Akhirnya nih Miss Universe-nya SMA Negeri*** (edited) Bandung, udah gue pake." Kami pun saling tersenyum saat kembali ke posisi sebelumnya. "Payah nih kirain elo alim, taunya malah gituin gue.." kata Sonya ke gue saat itu. Saya hanya tertawa ringan.

Terakhir Vita yang masih tidak percaya dengan pengalaman pertamanya ini. Terus terang saya tidak tega gituin Vita yang masih imut dan -ramalan saya- pada saatnya nanti Vita akan lebih cantik dari Sonya, kakaknya. "Son, adik elo boleh gue gituin nggak?" tanya saya ke Sonya sekalipun terus terang saya juga agak kecapaian. "Jangan dong.. mau loe adik loe digituin? tapi terserah dia ajalah.." jawab Sonya, dan tanpa diduga, Vita lalu mengarahkan mulutnya ke barangku. Pikir-pikir emang mending begitu aja deh, tidak tega saya sama nih anak SMA. "Vit, isep sampe keluar dahh!" kata saya. Vita pun langsung menghisap kejantanan saya sambil sesekali menjilat-jilat biji pelirku. Tampak benar kalau dia masih pemula dengan sesekali giginya tanpa sengaja menggigit barangku. "Jangan digigit Vit, ntar lepas anu gue. Sampe lepas, ntar Anggie ama Mpok (Kakak perempuan) loe ngambek berat.." kata saya. Sonya dan Anggie hanya tertawa sambil membaca majalah Femina milik ibu saya. Akhirnya sperma saya keluar dan masuk ke dalam mulut Vita seluruhnya. Vita lalu menjilat-jilat barang saya sampai kering. "Mmmhhh.. anak SMA*** (edited) jaman sekarang, masih kelas 2 udah isep anunya cowok.." goda saya pada Vita. "Biarin.." jawab Vita agak kesal.

Setelah itu saya merasa sangat kecapaian. Akhirnya kami tidur berempat di tempat tidur orang tuaku. Saya di bawah, Anggie di atas, sedangkan Sonya memeluk saya dari arah kanan, dan Vita dari arah kiri. (Mmhh.. seandainya posisi tidurku bisa begini tiap hari..)

Sekitar jam 9 malam kami terbangun, dan langsung mandi. Saya sempat panik kalau-kalau adik saya curiga akan apa yang sudah kami lakukan. Tentunya adik saya sudah balik dari tempat lesnya. Setelah mandi dan berpakaian rapi lagi, kami keluar dan untungnya adik saya sedang berada di kamar tidurnya di atas dan sudah tidur terlelap. Mereka pun saya antar pulang ke rumahnya masing-masing dengan aturan mendekati rumah mereka, mereka harus mengocok barangku sampai keluar dan menjilatinya. Pada saat mengantarkan Anggie yang rumahnya di daerah Kemang nampak oke-oke aja, namun pada saat mengantarkan Sonya dan Vita, terus terang saya agak 'menderita', soalnya saya harus dikocok dua kali sesuai perjanjian kami. Pertama-tama Vita yang mengocok. Setelah keluar, tanpa menunggu waktu Sonya langsung melanjutkan mengocok kemaluan saya sampai keluar lalu menjilatinya. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan bagi saya.

Tanteku

Aku terbangun dari tidurku di atas sebuah ranjang ukuran king size. Tubuhku telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Di kedua payudaraku masih tersisa air mani pria yang lengket di kulitku. Di samping kiriku, kulihat
Andre juga dalam keadaan bugil sedang tidur tertelungkup. Di kananku, Tommy yang juga bugil tidur dalam posisi miring dengan kaki agak tertekuk.

Kudengar suara orang menggerakkan badannya agak jauh. Aku duduk di atas tempat tidurku, dan kulihat Dewi dengan tubuh mulusnya yang telanjang bulat sedang membalikkan badan, dan meneruskan tidurnya. Di sampingnya ada Donny yang tidur telanjang bulat dalam posisi terlentang, dan mm..ini pemandangan yang menggairahkanku, batang kemaluannya dalam posisi tegang mengacung ke atas.
Aku turun dari tempat tidur, dan menuju ke arah Donny. Tanganku mulai nakal mengocok-ngocok batang kemaluannya. Donny mulai bereaksi, tanpa sadar pinggulnya ikut irama naik-turun. Aku mempercepat kocokan tanganku di batang kemaluannya. Donny terbangun dan tersenyum melihatku.
“Wow, Sus, enak banget kocokan kamu, terus sayang.. oh.. oh,” Donny berkata padaku sambil mulai terengah-engah.
Aku kemudian bangkit dan menaiki tubuh Donny. Kuarahkan batang kemaluannya yang telah besar dan menegang itu ke lubang kemaluanku. Kumasukkan pelan-pelan batang kemaluannya ke dalam lubang kemaluanku, dan aku mulai bergerak naik turun di atas tubuh Donny. Nikmatnya memang luar biasa sekali, aku merasakan batang kemaluan Donny menusuk-nusuk rahimku. Donny kini mulai mengimbangiku. Dia pun asyik memainkan pinggulnya, sementara kedua tangannya memegang erat pinggangku. Lidahnya mulai bermain mengisap dan menjilati payudaraku.

“Don, tetekku ‘kan masih ada bekas pejunya,” aku memperingatkan.
“Ah, cuek,” kata Donny sambil terus menjilati dan mengisap puting payudaraku.
Lalu dengan kecepatan luar biasa, Donny membalik tubuh kami berdua tanpa melepaskan batang kemaluannya dari lubang kemaluanku. Kini Donny yang di
atas, dia yang bergerak aktif memasukkeluarkan batang kemaluannya.
“Ah.., ah.., awww.., sstt.., ah..,” mulutku mulai mendesis berulangkali karena rangsangan yang ditimbulkan Donny.
Sedang asyiknya aku dan Donny bersenggama, Dewi yang tidur di sebelah kami terbangun. Dia melihat kami sedang asyik bersenggama, lalu ikut bergabung bersama kami. Dewi menyodorkan payudaranya yang luar biasa besar berukuran 38D ke mulut Donny. Lidah Donny segera menjilati payudara Dewi dan kemudian mulutnya asyik mengisap puting payudara Dewi berulangkali. Melihat itu, tanganku mulai nakal. Kususupkan jari telunjuk dan tengah tangan kananku ke lubang kemaluan Dewi. Aku asyik memainkan jari-jariku ke luar masuk lubang kemaluan Dewi. Dewi membiarkan saja, malah dia semakin lebar mengangkangkan kedua pahanya, sehingga jari-jariku bisa leluasa keluar masuk lubang kemaluannya.
Aku sendiri sudah dua kali mencapai orgasme karena tak kuasa menahan nikmat yang ditimbulkan kocokan batang kemaluan Donny di lubang kemaluanku. Namun Donny tampaknya belum lelah, dia masih asyik menyetubuhiku sambil mulutnya mengisap payudara Dewi. Andre yang terbangun melihat kami bertiga di lantai ikut bergabung. Andre meminta Dewi mengisap batang kemaluannya, dan Dewi tak menolaknya. Di sebelahku, Dewi mengisap batang kemaluan Andre dengan penuh gairah. Tiba-tiba kulihat Tommy juga terbangun. Dia pun bergabung bersama kami. Tommy segera menyodorkan batang kemaluannya ke depan mulutku, dan aku segera membuka mulutku dan mengisap batang kemaluan lelaki yang tadi telah beberapa kali menyetubuhiku.
Kini, kami kembali berpesta orgy sex. Sebelumnya, kami sudah melakukan itu, dan karena lelah, kami semua tertidur. Setelah terbangun, rupanya kami – termasuk aku – masih belum puas, dan sekali lagi melanjutkan pesta orgy sex kami. Nikmatnya memang berbeda dibandingkan hanya bersenggama antara satu pria dan satu wanita saja. Kalau orgy sex rasanya lebih nikmat, karena aku yang wanita bisa merasakan berbagai batang kemaluan pria dan juga berbagai macam gaya dan posisi seks.

Donny tiba-tiba mempercepat goyangannya, rupanya dia sudah hampir sampai klimaksnya, dan tak berapa lama kemudian, Donny menyemprotkan air mani dari batang kemaluannya di dalam lubang kemaluanku. Tommy mencabut batang kemaluannya dari mulutku, dia mengambil tissue, membersihkan lubang kemaluanku sekedarnya saja, dan segera memasukkan batang kemaluannya yang sudah tegang membesar ke dalam lubang kemaluanku.
Kini, Tommy yang menggoyang-goyangkan pinggulnya dan menyetubuhiku. Aku lagi-lagi mencapai orgasmeku, sementara kulihat Andre juga telah mencapai klimaksnya dan menyemprotkan air mani dari batang kemaluannya di dalam mulut Dewi. Sebagian air mani itu meleleh keluar mulut Dewi, sementara Dewi masih terus mengisap kuat-kuat batang kemaluan Andre agar seluruh air mani Andre tertumpah habis dari batang kemaluannya. Andre kemudian mencabut batang kemaluannya dari mulut Dewi, lalu Dewi menyeka sisa-sisa air mani Andre dengan tangannya dan tangannya yang penuh dengan sisa-sisa air mani Andre disekanya ke payudaranya.
“Biar tetek gue makin asyik kalau sering kena peju cowo,” ujar Dewi bergurau sambil tertawa.
Tapi aku tak sempat memperhatikan lagi kelanjutannya, karena bersamaan aku mencapai orgasmeku yang kesekian kalinya, Tommy juga mencapai klimaksnya dan menyemprotkan air maninya di dalam lubang kemaluanku. Namun Tommy dengan sigap mencabut batang kemaluannya dari lubang kemaluanku, lalu menyodorkannya ke depan mulutku.
“Susi, isep dong, sayang,” pintanya.

Aku segera memasukkan batang kemaluan Tommy ke dalam mulutku dan mengisapnya kuat-kuat. Kurasakan Tommy masih beberapa kali menyemprotkan air maninya yang tersisa di dalam mulutku. Wah, rasanya air mani Tommy banyak sekali sampai meleleh keluar mulutku.

Abg Tetangga

Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. "Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian", gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. "Sekarang minta jatah..". Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat. "Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa", kataku ramah.
ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku. "Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu", tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".
Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti. "Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku, kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.
"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana" Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, "inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan".
Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."
Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.
Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman.."
Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang. Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.
"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil. Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"
Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang. Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.
"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium bibirnya sekilas. Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk. "Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya.. "Ouu..", dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu. "Ahh.. ohh.. asshh..", dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.." Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.
Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong" Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.
"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan dong" Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa nikmatnya memerawani ABG tetangga.